AKTIVA TETAP BERWUJUD DAN AKVITA TIDAK BERWUJUD
(FIXED ASSETS AND INTANGIBLE ASSETS)
Pengertian Aktiva Tetap
Sifat dari aktiva tetap :
Harga Perolehan.
Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai tiba di tempat dan siap dipakai harus dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan(cost) aktiva yang bersangkutan. Dengan demikian harga perolehan suatu aktiva tidak hanya harga beli saja tetapi termasuk biaya pengiriman, asuransi pemasangan dan bea balik nama. Misalnya : apabila suatu perusahaan membeli tanah dengan harga Rp. 20.000.000,- biaya notaris Rp. 400.000,-, biaya balik nama Rp. 300.000 , komisi makelar Rp. 200.000, maka harga perolehan dari tanah tadi Rp. 20.900.000,-.
Masalah lain yang mungkin timbul apabila membeli beberapa aktiva tetap sekaligus dan tiap-tiap aktiva tidak disebutkan harganya. Contoh : Apabila suatu perusahaan membeli gedung beserta tanah dengan harga Rp. 100.000.000. harga tersebut sudah termasuk bea balik nama, komisi dan lain-lain. Anggaplah , kemudian bahwa berdasarkan taksiran harga tanah bernilai Rp. 20.000.000, gedung ditaksir Rp. 60.000.000, maka alokasi harga perolehan tanah dan gedung sebagai berikut :
Harga Taksiran Alokasi Harga Perolehan
( Dalam jutaan rupiah)
Tanah Rp. 20 20/80 x 100 =Rp. 25
Gedung Rp. 60 60/80 x 100 =Rp. 75
Rp. 80 Rp.100
======== =======
Ayat jurnal apabila pembelian secara tunai sebagai berikut :
(D) Tanah 25.000.000
(D) Gedung 75.000.000
(K) Bank Rp. 100.000.000
Perolehan dengan angsuran.
Ada kalanya suatu aktiva tetap dibeli secara angsuran. Contoh : Sebuah perusahaan membeli tanah dengan harga Rp. 50.000.000. akan dibayar dalam 25 kali angsuran bulanan dan terhadap saldo yang belum dibayar, perusahaan dibebani bunga sebesar 12% setahun. Ayat jurnal yang perlu dibuat pada waktu pembelian adalah sebagai berikut :
(D) Tanah Rp. 50.000.000,-
(K) Hutang angsuran Rp. 50.000.000,-
Pada waktu membayar angsuran pertama, jumlah yang harus dibayar dihitung sebagai berikut :
Angsuran bulanan : Rp. 50.000.000 : 25 Rp. 2.000.000
Bunga selama sebulan untuk saldo yang belum dibayar
1/12 x 12% x Rp. 50.000.000,- Rp. 500.000
Jumlah yang harus dibayar Rp. 2.500.000
============
Ayat jurnal untuk pembayaran ini adalah :
(D) Hutang angsuran Rp. 2.000.000
(D) Biaya bunga Rp. 500.000
(K) Bank Rp. 2.500.000
Proses penghitungan, pembayaran dan pencatatan angsuran akan berulang setiap bulan sampai hutang angsuran lunas.
Kontrak pembelian dinyatakan agak lain, misalnya : perusahaan membeli sebuah mobil dengan tunai harganya Rp. 60.000.000. dibeli dengan angsuran 2 tahun, bunga 12% setahun atas modal pinjaman. Dengan cara ini harga mobil menjadi Rp. 60.000.000 + (Rp. 60.000.000 x 12% x 24/12) =Rp. 74.400.000,-Angsuran per bulan menjadi Rp. 74.400.000 : 24 bulan = Rp. 3.100.000/bulan. Perbedaan cara dulu adalah bahwa bunga dibebankan atas modal pinjaman untuk selama jangka waktu angsuran.Pada cara dahulu bunga dibebankan atas saldo pinjaman yang makin menurun.
Ayat jurnal pada waktu ditandatangani kontrak sebagai berikut :
(D) Kendaraan Rp. 60.000.000
(K) Hutang angsuran Rp. 60.000.000,-
Perhatikan bahwa bunga yang diperhitungkan dalam harga pembelian tanah belum dicatat dalam ayat jurnal. Bunga akan dicatat pada saat pembayaran angsuran. Seperti diketahui, dalam angsuran bulanan Rp. 3.100.000,- sudah termasuk unsur bunga sehingga jumlah ini sebetulnya terdiri dari dua bagian, yakni bunga dan angsuran pokok hutang.Tingkat bunga efektif dapat dicari dengan menggunakan bunga majemuk(anuitas). Contoh diatas adalah bunga efektif 21,8% per tahun. Bunga angsuran pertama dapat dihitung sebagai berikut :
Bunga = 1/12 x 21,8% x Rp. 60.000.000 =Rp. 1.090.000.
Bagian yang digunakan untuk membayar pokok hutang dengan de mikian adalah Rp. 3.100.000 – rp. 1.090.000 =Rp. 2.010.000. Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk pembayaran angsuran Rp. 3.100.000 adalah sebagai berikut :
(D) Hutang angsuran Rp. 2.010.000
(D) Biaya bunga Rp. 1.090.000
(K) Bank Rp. 3.100.000.
Pada angsuran kedua, jumlah pembayarannya sama, yakni Rp. 3.100.000 tetapi komposisi bunga dan pokok hutang akan berbeda dengan angsuran yang pertama.
Bunga = 1/12 x 21,8% x ( Rp. 60.000.000 – Rp. 2.010.000) =Rp. 1.053.485
Pokok hutang angsuran (3.100.000-1.053.485) =Rp. 2.046.515
=Rp. 3.100.000
=============
Ayat jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai berikut :
(D) Hutang angsuran 2.046.515
(D) Biaya bunga 1.053.465
(K) Bank 3.100.000
Penyusutan.
Semua jenis aktiva tetap, kecuali tanah akan makin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa faktor yang mempengaruhi menurunnya kemampuan itu adalah pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan keterbelakangan teknologi.
Berkurangnya kapasitas berarti berlkurangnya nilai aktiva tetap yang bersangkutan. Hal ini perlu dicatat dan dilaporkan. Pengakuan adanya pennyusutan nilai aktiva tetap berwujud disebut penyusurtan(depreciation).
Menurut pengertian akuntansi, penyusutan semata-mata merupakan alokasi harga perolehan aktiva tertap menjadi biaya, yang dibebankan ke pendapatan karena terbatasnya manfaat yang dapat diperoleh. Penyusutan dapat dihitung tiap-tiap bulan atau ditunda sampai akhir tahun..
Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat adalah debit biaya penyusutan dan kredit akumulasi penyusutan. Kadang-kadang yang perkiraan yang di kredit disebut cadangan penyusutan Selisih antara harga perolehan dengan akumulasi penyusutan merupakan bagian dari harga perolehan yang belum disusutkan. Selisih ini disebut nilai buku (book value) aktiva tetap.
Metode Penyusutan.
Ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan adalah nilai aktiva tetap yang digunakan dalam penghitungan penyusutan (dasar penyusutan) dan taksiran manfaat.
Dasar penyusutan dapat berupa :
a. Harga perolehan
b. Nilai buku.
Nilai maksimum aktiva tetap yang dapat disusutkan adalah harga perolehannya. Tetapi ada kalanya, dianggap bahwa setelah habis dipakai, aktiva tetap yang bersangkutan masih mempunyai nilai, yang disebut nilai sisa(residual scrap atau alvage value). Nilai sisa adalah taksiran harga pasar pada akhiri masa manfaat. Dalam hal demikian, nilai yang dapat disusutkan adalah harga perolehan dikurangi nilai sisa.
Taksiran manfaat mencerminkan besarnya kapasitas/manfaat aktiva tetap selama dapat dipakai. Taksiran ini dapat dinyatakan dalam jangka waktu pemakaian (umur berguna atau masa manfaat = useful lives) atau kapasitas produksi yang dapat dihasilkan. Untuk menghitung penyusutan, taksiran manfaat dinyatakan dalam tarif penyusutan. Penyusutan aktiva tetap, untuk suatu tahun, dapat dihitung dengan rumus:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Ada beberapa cara untuk menghitung penyusutan, yaitu:
1. metode garis lurus (straight line)
2. saldo menurun (declining balance)
3. jumlah angka-angka tahun (sum of the years digit)
4. unit produk (unit of production)
Metode Garis Lurus
Dalam metode ini, biaya penyusutan dialokasikan berdasarkan berlalunya waktu, dalam jumlah yang sama, sepanjang masa manfaat aktiva tetap. Biaya penyusutan dihitung dengan rumus:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa
Tarif penyusutan, dalam metode lurus, dapat dengan mudah dihitung sebagai 100% dibagi dengan taksiran masa manfaat. Misalnya apabila taksiran masa manfaat adalah 5 tahun, maka tarif penyusutannya adalah :
100%
_____ = 20%
5
Sebagai contoh, anggaplah bahwa tanggal 2 Januari 199A dibeli sebuah kendaraan dengan harga Rp. 12.500.000,-(sudah termasuk bea balik nama dll). Nilai sisa diperkirakan sebesar Rp. 1.550.000. umur kendaraan diperkirakan 5 tahun. Biaya penyusutan dihitung sbb:
Biaya penyusutan = 20%(Rp. 12.500.000 – Rp. 1.550.000)
= Rp. 2.190.0000
Biaya penyusutan tahun 1 (dan tahun-tahun berikutnya) dicatat sbb:
(D) Biaya Penyusutan 2.190.000
(K) Akumulasi penyusutan 2.190.000
Harga perolehan, biaya penyusutan per tahun, akumulasi penyusutan dan nilai buku kendaraan tersebut selama 5 tahun nampak seperti terlihat di bawah ini:
Metode Saldo Menurun
Metode garis lurus menganggap bahwa biaya penyusutan akan merata sepanjang umur aktiva tetap. Dalam metode ini, biaya penyusutan makin menurun dari tahun ke tahun. Pembebanan yang makin menurun didasarkan pada anggapan bahwa semakin tua, kapasitas aktiva tetap, dalam memberikan jasanya, juga akan makin menurun.
Rumus:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Dasar Penyusutan = Nilai Buku Awal Periode
Biasanya tarif penyusutan yang digunakan adalah 2 x tarif metode garis lurus. Misalnya apabila suatu aktiva tetap ditaksir akan berumur 5 tahun, maka tarif penyusutannya adalah 40%, yaitu 2x tarif metode garis lurus sebesar 20%.
Dengan menggunakan contoh kendaraan seperti yang telah disebutkan diatas, biaya penyusutan pada tahun pertama akan dihitung sbb:
Biaya Penyusutan = 40% (12.500.000 – 0) = Rp. 5.000.000
Perhatikan bahwa nilai buku pada awal tahun pertama adalah = harga perolehannya, yaitu rp. 12.500.000. pada saat ini akumulasi penyusutannya = 0. penyusutan tahun pertama dicatat sbb:
(D) Biaya penyusutan 5.000.000
(K) Akumulasi Penyusutan 5.000.000
Pada akhir tahun kedua, biaya penyusutan dihitung sbb:
Biaya Penyusutan = 40%(Rp. 12.500.000 – Rp. 5000.000)
= Rp. 3.000.000
Nilai buku pada awal tahun kedua = harga perolehan –akumulasi penyusutan pada saat itu, yang jumlahnya sama dengan 5.000.000. penyusutan tahun kedua ini dicatat sbb:
(D) Biaya Penyusutan 3.000.000
(K) Akumulasi Penyusutan 3.000.000
Harga perolehan, biaya penyusutan per tahun, akumulasi penyusuan dan nilai buku kendaraan dalam contoh tadi selama 5 tahun nampak sebagai berikut:
Diatas telah dijelaskan bahwa dalam metode saldo menurun, tarif penyusutan dihitung sebesar 2x tariff metode garis lurus dengan tidak memperhatikan adanya nilai sisa. Walupun demikian, aktiva tetap yang bersangkutan tidak boleh disusutkan sampai di bawah nilai sisa. Untuk menggambarkan mengenai masalah ini, perhatikan penyusutan yang dilakukan pada tahun kelima. Pada permulaan tahun kelima nilai buku kendaraan Rp. 1.620.000. dengan menggunakan cara penghitungan yang biasa, biaya penyusutan untuk tahun ini seharusnya adalah 40% dari Rp. 1.620.000 = Rp. 648.000. tetapi apabila jumlah ini yang dibebankan sebagai biaya penyusutan, maka pada akhir tahun kelima nilai buku kendaraan menjadi rp. 972.000. nilai sisa yang diperkirakan semula adalah Rp. 1.550.000. berdasarkan ketentuan diatas, penyusutan yang dibebankan pada tahun kelima hanyalah Rp. 70.000 yaitu Rp. 1.620.000 – Rp. 1.550.000,-
Metode Jumlah Angka Tahun
Metode ini akan menghasilkan jadwal penyusutan yang sama dengan metode saldo menurun. Jumlah penyusutan akan makin menurun dari tahun ke tahun. Tetapi cara penghitungan berbeda dengan metode saldo menurun.
Rumus:
Biaya penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa
Dasar penyusutan pada metode jumlah angka tahun adalah harga perolehan dikurangi nilai sisa, bukan nilai buku seperti dalam metode saldo menurun. Tarif penyusutan dalam metode ini akan merupakan suatu bilangan pecahan yang makin lama makin kecil. Pembilang dalam pecahan adalah ankga-angka tahun yang ada selama masa mafaat aktiva tetap. Jadi, apabila suatu aktiva ditaksir berumur 5 tahun, maka angka-angka tahun yang ada adalah 1,2,3,4 dan 5. pembilang untuk tahun pertama adalah angka terakhir (dalam contoh diatas 5), danseterusnya. Sebagai penyebut dalam pecahan adalah jumlah angka-angkat tahun yang ada. Jadi penyebut dalam contoh diatas adalah 1+2+3+4+5 = 15.
Biaya penyusutan untuk tahun pertama dihitung sbb:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x (Harga Perolehan Nilai Sisa)
5
____ X (Rp. 12.500.000-1.550.000)
15
= Rp. 3.650.000
Biaya penyusutan untuk tahun kedua adalah sbb:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x (Harga Perolehan Nilai Sisa)
4
__ X (Rp. 12.500.000-1.550.000)
15
= Rp. 2.920.000,-
Pencatatan biaya penyusutan untuk tiap-tiap tahun tidak berbeda dengan yang telah diterangkan di muka.
Apabila disusun dalam bentuk tabel, harga perolehan, biaya penyusutan per tahun, akumulasi penyusutan dan nilai buku kendaraanselama 5 tahun akan nampak seperti dilihat dibawah ini:
Dalam contoh di atas dianggap bahwa kendaraan dibeli pada tanggal 2 Januari 199A. Jadi, awal penyusutan dimulai = awal tahun buku perusahaan. Apabila awal penyusutan tidak sama dengan awal tahun buku perusahaan, maka biaya penyusutan untuk tahun kedua dan seterusnya harus dihitung atas dasar dua tarif penyusutan. Untuk menggambarkan hal ini anggaplah bahwa kendaraan dalam contoh diatas dibeli pada tgl 1 April 199A. Dalam contoh ini, tahun penyusutan tidak sama dengan tahun buku. Masa penyusutan tahunan dimulai pada tanggal 1 april 199A sedangkan tahun buku dimulai pada tanggal Januari 199A. Tarif penyusutan dalam metode jumlah angka tahun berhubung dengan masa penyusutan. Oleh karena itu, tarif untuk masa penyusutan pertama misalnya, berlaku dari tanggal 1 April 199A sampai dengan 31 Maret 199B. Pada 31 Desember 199A, masa penyusutan dengan tarif 5/15 berlaku 9 bulan, sehingga biaya penyusutan untuk tahun buku 199A dihitung sbb:
Biaya Penyusutan = 9/12 x 5/15 (12.500.000 - 1.550.000
= Rp. 2.737.500,-
Untuk tahun buku 199B, biaya penyusutan akan meliputi dua bagian masa penyusutan, yakni dari 1 Januari s/d 31 Maret 199B yang tercakup dalam masa penyusutan dengan tarif 5/15 danperiode 1 April s/d 31 Desember 199B yang tercakup dalam masa penyusutan dengan tarif 4/15. beban penyusutan untuk tahun buku 199B, dengan demikian dihitung sbb:
1. Masa penyusutan dengan tarif 5/15 = 3 5
____ x ___ x Rp.10.950.000 = Rp. 1 912.500
12 15
9 4
2 . Masa penyusutan dengan tarif 4/15 = ____ x ___ x Rp.10.950.000 = Rp. 2.190.000
12 1 Rp. 3.102.500
Demikianlah, maka biaya penyusutan untuk tahun-tahun buku selanjutnya akan dihitung berdasarkan dua masa penyusutan. Perlu dicatat, bahwa cara perhitungan demikian hanya berlaku untuk metode jumlah angka tahun saja. Dalam metode-metode yang lain, biaya penyusutan untuk jangka waktu kurang dari 1 tahun cukup dihitung dengan memperhatikan bagian jangka waktu penyusutan yang tercakup dalam waktu tahun yang bersangkutan baik di tahun pertama maupun tahun-tahun berikutnya.
Metode Unit Produksi
Dalam metode ini taksiran manfaat dinyatakan dalam produksi yang dapat dihasilkan. Kapasitas produksi itu sendiri dapat dinyatakan dalam bentuk unit produksi, jam pemakaian, kilometer pemakaian atau unit-unit kegiatan yang lain. Harga perolehan – nilai sisa merupakan dasar penyusutan. Tarif penyusutan dihitung sebagai prosentase produksi aktual terhadap kapasitas produksi. Biaya penyusutan untuk setiap periode dihitung dengan mengalikan tarif penyusutan ini dengan dasar penyusutan. Untuk menggambarkan metode penyusutan ini anggaplah bahwa pada tanggal 2 Januari 199A suatu mesin dibeli dengan harga Rp. 55.000.000,- . Selama masih dapat digunakan, mesin tersebut diperkirakan dapat menghasilkan 1.000.000 unit barang. Dalam tahun 199A diproduksi 245.000 unit. Biaya penyusutan untuk tahun 199A dihitung sbb:
Produksi Aktual
Tarif penyusutan =___________________________
Kapasitas Produksi
= 245.000
_________ X 100% = 24,5%
1.000.000
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa
= 24,5% (Rp 55.000.000 – Rp. 5.000.000)
= Rp. 12.250.000
Demikian, maka tarif dan beban penyusutan akan bervariasi dari tahun ke tahun, tergantung pada produksi aktual yang dicapai dalam tahun yang bersangkutan.
Penilaian dan Pelaporan
Aktiva tetap dinilai sebesar nilai bukunya, yaitu harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Tetapi apabila manfaat ekonomi dari suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar nilai bukunya, maka aktiva tersebut harus dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat ekonomi yang tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tersebut dicatat sebagai kerugian.
Dalam laporan keuangan, aktiva tetap dirinci menurut jenisnya seperti misalnya tanah, gedung, mesin-mesin, peralatan, kendaraan,dll. Akumulasi penyusutan disajikan sebagai pengurangan terhadap aktiva tetap, baik secara sendiri-sendiri menurut jenisnya atau secara keseluruhan. Apabila di neraca akumulasi penyusutan dikurangkan secara keseluruhan, ada baiknya dibuatkan rincian harga perolehan masing-masing jenis aktiva serta masing-masing penyusutannya. Metode penyusutan yang dianut oelh perusahaan, perlu dijelaskan dalam laporan keuangan. Contoh penyajian kelompok aktiva tetap di neraca apabila akumulasi penyusutan dikurangi secara keseluruhan adalah sbb
Aktiva Tetap:
Peralatan Kantor Rp. 30.000.000
Peralatan toko 50.000.000
Kendaraan 25.000.000
Gedung 105.000.000
Tanah 20.000.000
Rp. 230.000.000
Akumulasi penyusutan (52.500.000)
Total aktiva tetap, netto Rp. 177.500.000
Alternatif lain untuk penyajian aktiva tetap nampak seperti terlihat dibawah ini:
Aktiva Tetap:
Peralatan kantor Rp. 30.000.000
Akumulasi penyusutan
Peralatan kantor 12.000.000 Rp. 18.000.000
Peralatan toko Rp. 50.000.000
Akumulasi penyusutan
Peralatan toko 20.000.000 Rp. 30.000.000
Kendaraan Rp. 25.000.000
Akumulasi penyusutan
Kendaraan 10.000.000 Rp. 15.000.000
Gedung Rp.105.000.000
Akumulasi penyusutan
Gedung 10.500.000 Rp. 94.500.000
Tanah 20.000.000
Rp 177.500.000
Buku Aktiva Tetap
Perkiraan aktiva tetap di buku besar dibuatkan rinciannya dalam buku aktiva tetap (fixed assets subsidiary ledger). Buku tambahan ini merinci aktiva tetap di buku besar menurut jenisnya. Untuk setiap jenis aktiva tetap dibuatkan kartu tersendiri. Gambar 18-1 memperlihatkan salah satu contoh dari kartu aktiva tetap. Dari kartu-kartu aktiva tetap ini, pada saat-saat tertentu dapat dibuatkan daftar rincian aktiva tetap, seperti halnya daftar piutang dan daftar hutang.
(FIXED ASSETS AND INTANGIBLE ASSETS)
Pengertian Aktiva Tetap
Sifat dari aktiva tetap :
- Jangka waktu pemakaiannya lama
- Digunakan dalam kegiatan perusahaan.
- Dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta,
- Nilainya cukup besar.
- aktiva tetap berwujud (Tangible fixed assets),
- aktiva tidak berwujud (intangible assets).
Harga Perolehan.
Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai tiba di tempat dan siap dipakai harus dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan(cost) aktiva yang bersangkutan. Dengan demikian harga perolehan suatu aktiva tidak hanya harga beli saja tetapi termasuk biaya pengiriman, asuransi pemasangan dan bea balik nama. Misalnya : apabila suatu perusahaan membeli tanah dengan harga Rp. 20.000.000,- biaya notaris Rp. 400.000,-, biaya balik nama Rp. 300.000 , komisi makelar Rp. 200.000, maka harga perolehan dari tanah tadi Rp. 20.900.000,-.
Masalah lain yang mungkin timbul apabila membeli beberapa aktiva tetap sekaligus dan tiap-tiap aktiva tidak disebutkan harganya. Contoh : Apabila suatu perusahaan membeli gedung beserta tanah dengan harga Rp. 100.000.000. harga tersebut sudah termasuk bea balik nama, komisi dan lain-lain. Anggaplah , kemudian bahwa berdasarkan taksiran harga tanah bernilai Rp. 20.000.000, gedung ditaksir Rp. 60.000.000, maka alokasi harga perolehan tanah dan gedung sebagai berikut :
Harga Taksiran Alokasi Harga Perolehan
( Dalam jutaan rupiah)
Tanah Rp. 20 20/80 x 100 =Rp. 25
Gedung Rp. 60 60/80 x 100 =Rp. 75
Rp. 80 Rp.100
======== =======
Ayat jurnal apabila pembelian secara tunai sebagai berikut :
(D) Tanah 25.000.000
(D) Gedung 75.000.000
(K) Bank Rp. 100.000.000
Perolehan dengan angsuran.
Ada kalanya suatu aktiva tetap dibeli secara angsuran. Contoh : Sebuah perusahaan membeli tanah dengan harga Rp. 50.000.000. akan dibayar dalam 25 kali angsuran bulanan dan terhadap saldo yang belum dibayar, perusahaan dibebani bunga sebesar 12% setahun. Ayat jurnal yang perlu dibuat pada waktu pembelian adalah sebagai berikut :
(D) Tanah Rp. 50.000.000,-
(K) Hutang angsuran Rp. 50.000.000,-
Pada waktu membayar angsuran pertama, jumlah yang harus dibayar dihitung sebagai berikut :
Angsuran bulanan : Rp. 50.000.000 : 25 Rp. 2.000.000
Bunga selama sebulan untuk saldo yang belum dibayar
1/12 x 12% x Rp. 50.000.000,- Rp. 500.000
Jumlah yang harus dibayar Rp. 2.500.000
============
Ayat jurnal untuk pembayaran ini adalah :
(D) Hutang angsuran Rp. 2.000.000
(D) Biaya bunga Rp. 500.000
(K) Bank Rp. 2.500.000
Proses penghitungan, pembayaran dan pencatatan angsuran akan berulang setiap bulan sampai hutang angsuran lunas.
Kontrak pembelian dinyatakan agak lain, misalnya : perusahaan membeli sebuah mobil dengan tunai harganya Rp. 60.000.000. dibeli dengan angsuran 2 tahun, bunga 12% setahun atas modal pinjaman. Dengan cara ini harga mobil menjadi Rp. 60.000.000 + (Rp. 60.000.000 x 12% x 24/12) =Rp. 74.400.000,-Angsuran per bulan menjadi Rp. 74.400.000 : 24 bulan = Rp. 3.100.000/bulan. Perbedaan cara dulu adalah bahwa bunga dibebankan atas modal pinjaman untuk selama jangka waktu angsuran.Pada cara dahulu bunga dibebankan atas saldo pinjaman yang makin menurun.
Ayat jurnal pada waktu ditandatangani kontrak sebagai berikut :
(D) Kendaraan Rp. 60.000.000
(K) Hutang angsuran Rp. 60.000.000,-
Perhatikan bahwa bunga yang diperhitungkan dalam harga pembelian tanah belum dicatat dalam ayat jurnal. Bunga akan dicatat pada saat pembayaran angsuran. Seperti diketahui, dalam angsuran bulanan Rp. 3.100.000,- sudah termasuk unsur bunga sehingga jumlah ini sebetulnya terdiri dari dua bagian, yakni bunga dan angsuran pokok hutang.Tingkat bunga efektif dapat dicari dengan menggunakan bunga majemuk(anuitas). Contoh diatas adalah bunga efektif 21,8% per tahun. Bunga angsuran pertama dapat dihitung sebagai berikut :
Bunga = 1/12 x 21,8% x Rp. 60.000.000 =Rp. 1.090.000.
Bagian yang digunakan untuk membayar pokok hutang dengan de mikian adalah Rp. 3.100.000 – rp. 1.090.000 =Rp. 2.010.000. Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk pembayaran angsuran Rp. 3.100.000 adalah sebagai berikut :
(D) Hutang angsuran Rp. 2.010.000
(D) Biaya bunga Rp. 1.090.000
(K) Bank Rp. 3.100.000.
Pada angsuran kedua, jumlah pembayarannya sama, yakni Rp. 3.100.000 tetapi komposisi bunga dan pokok hutang akan berbeda dengan angsuran yang pertama.
Bunga = 1/12 x 21,8% x ( Rp. 60.000.000 – Rp. 2.010.000) =Rp. 1.053.485
Pokok hutang angsuran (3.100.000-1.053.485) =Rp. 2.046.515
=Rp. 3.100.000
=============
Ayat jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai berikut :
(D) Hutang angsuran 2.046.515
(D) Biaya bunga 1.053.465
(K) Bank 3.100.000
Penyusutan.
Semua jenis aktiva tetap, kecuali tanah akan makin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa faktor yang mempengaruhi menurunnya kemampuan itu adalah pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan keterbelakangan teknologi.
Berkurangnya kapasitas berarti berlkurangnya nilai aktiva tetap yang bersangkutan. Hal ini perlu dicatat dan dilaporkan. Pengakuan adanya pennyusutan nilai aktiva tetap berwujud disebut penyusurtan(depreciation).
Menurut pengertian akuntansi, penyusutan semata-mata merupakan alokasi harga perolehan aktiva tertap menjadi biaya, yang dibebankan ke pendapatan karena terbatasnya manfaat yang dapat diperoleh. Penyusutan dapat dihitung tiap-tiap bulan atau ditunda sampai akhir tahun..
Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat adalah debit biaya penyusutan dan kredit akumulasi penyusutan. Kadang-kadang yang perkiraan yang di kredit disebut cadangan penyusutan Selisih antara harga perolehan dengan akumulasi penyusutan merupakan bagian dari harga perolehan yang belum disusutkan. Selisih ini disebut nilai buku (book value) aktiva tetap.
Metode Penyusutan.
Ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan adalah nilai aktiva tetap yang digunakan dalam penghitungan penyusutan (dasar penyusutan) dan taksiran manfaat.
Dasar penyusutan dapat berupa :
a. Harga perolehan
b. Nilai buku.
Nilai maksimum aktiva tetap yang dapat disusutkan adalah harga perolehannya. Tetapi ada kalanya, dianggap bahwa setelah habis dipakai, aktiva tetap yang bersangkutan masih mempunyai nilai, yang disebut nilai sisa(residual scrap atau alvage value). Nilai sisa adalah taksiran harga pasar pada akhiri masa manfaat. Dalam hal demikian, nilai yang dapat disusutkan adalah harga perolehan dikurangi nilai sisa.
Taksiran manfaat mencerminkan besarnya kapasitas/manfaat aktiva tetap selama dapat dipakai. Taksiran ini dapat dinyatakan dalam jangka waktu pemakaian (umur berguna atau masa manfaat = useful lives) atau kapasitas produksi yang dapat dihasilkan. Untuk menghitung penyusutan, taksiran manfaat dinyatakan dalam tarif penyusutan. Penyusutan aktiva tetap, untuk suatu tahun, dapat dihitung dengan rumus:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Ada beberapa cara untuk menghitung penyusutan, yaitu:
1. metode garis lurus (straight line)
2. saldo menurun (declining balance)
3. jumlah angka-angka tahun (sum of the years digit)
4. unit produk (unit of production)
Metode Garis Lurus
Dalam metode ini, biaya penyusutan dialokasikan berdasarkan berlalunya waktu, dalam jumlah yang sama, sepanjang masa manfaat aktiva tetap. Biaya penyusutan dihitung dengan rumus:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa
Tarif penyusutan, dalam metode lurus, dapat dengan mudah dihitung sebagai 100% dibagi dengan taksiran masa manfaat. Misalnya apabila taksiran masa manfaat adalah 5 tahun, maka tarif penyusutannya adalah :
100%
_____ = 20%
5
Sebagai contoh, anggaplah bahwa tanggal 2 Januari 199A dibeli sebuah kendaraan dengan harga Rp. 12.500.000,-(sudah termasuk bea balik nama dll). Nilai sisa diperkirakan sebesar Rp. 1.550.000. umur kendaraan diperkirakan 5 tahun. Biaya penyusutan dihitung sbb:
Biaya penyusutan = 20%(Rp. 12.500.000 – Rp. 1.550.000)
= Rp. 2.190.0000
Biaya penyusutan tahun 1 (dan tahun-tahun berikutnya) dicatat sbb:
(D) Biaya Penyusutan 2.190.000
(K) Akumulasi penyusutan 2.190.000
Harga perolehan, biaya penyusutan per tahun, akumulasi penyusutan dan nilai buku kendaraan tersebut selama 5 tahun nampak seperti terlihat di bawah ini:
Metode Saldo Menurun
Metode garis lurus menganggap bahwa biaya penyusutan akan merata sepanjang umur aktiva tetap. Dalam metode ini, biaya penyusutan makin menurun dari tahun ke tahun. Pembebanan yang makin menurun didasarkan pada anggapan bahwa semakin tua, kapasitas aktiva tetap, dalam memberikan jasanya, juga akan makin menurun.
Rumus:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Dasar Penyusutan = Nilai Buku Awal Periode
Biasanya tarif penyusutan yang digunakan adalah 2 x tarif metode garis lurus. Misalnya apabila suatu aktiva tetap ditaksir akan berumur 5 tahun, maka tarif penyusutannya adalah 40%, yaitu 2x tarif metode garis lurus sebesar 20%.
Dengan menggunakan contoh kendaraan seperti yang telah disebutkan diatas, biaya penyusutan pada tahun pertama akan dihitung sbb:
Biaya Penyusutan = 40% (12.500.000 – 0) = Rp. 5.000.000
Perhatikan bahwa nilai buku pada awal tahun pertama adalah = harga perolehannya, yaitu rp. 12.500.000. pada saat ini akumulasi penyusutannya = 0. penyusutan tahun pertama dicatat sbb:
(D) Biaya penyusutan 5.000.000
(K) Akumulasi Penyusutan 5.000.000
Pada akhir tahun kedua, biaya penyusutan dihitung sbb:
Biaya Penyusutan = 40%(Rp. 12.500.000 – Rp. 5000.000)
= Rp. 3.000.000
Nilai buku pada awal tahun kedua = harga perolehan –akumulasi penyusutan pada saat itu, yang jumlahnya sama dengan 5.000.000. penyusutan tahun kedua ini dicatat sbb:
(D) Biaya Penyusutan 3.000.000
(K) Akumulasi Penyusutan 3.000.000
Harga perolehan, biaya penyusutan per tahun, akumulasi penyusuan dan nilai buku kendaraan dalam contoh tadi selama 5 tahun nampak sebagai berikut:
Diatas telah dijelaskan bahwa dalam metode saldo menurun, tarif penyusutan dihitung sebesar 2x tariff metode garis lurus dengan tidak memperhatikan adanya nilai sisa. Walupun demikian, aktiva tetap yang bersangkutan tidak boleh disusutkan sampai di bawah nilai sisa. Untuk menggambarkan mengenai masalah ini, perhatikan penyusutan yang dilakukan pada tahun kelima. Pada permulaan tahun kelima nilai buku kendaraan Rp. 1.620.000. dengan menggunakan cara penghitungan yang biasa, biaya penyusutan untuk tahun ini seharusnya adalah 40% dari Rp. 1.620.000 = Rp. 648.000. tetapi apabila jumlah ini yang dibebankan sebagai biaya penyusutan, maka pada akhir tahun kelima nilai buku kendaraan menjadi rp. 972.000. nilai sisa yang diperkirakan semula adalah Rp. 1.550.000. berdasarkan ketentuan diatas, penyusutan yang dibebankan pada tahun kelima hanyalah Rp. 70.000 yaitu Rp. 1.620.000 – Rp. 1.550.000,-
Metode Jumlah Angka Tahun
Metode ini akan menghasilkan jadwal penyusutan yang sama dengan metode saldo menurun. Jumlah penyusutan akan makin menurun dari tahun ke tahun. Tetapi cara penghitungan berbeda dengan metode saldo menurun.
Rumus:
Biaya penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa
Dasar penyusutan pada metode jumlah angka tahun adalah harga perolehan dikurangi nilai sisa, bukan nilai buku seperti dalam metode saldo menurun. Tarif penyusutan dalam metode ini akan merupakan suatu bilangan pecahan yang makin lama makin kecil. Pembilang dalam pecahan adalah ankga-angka tahun yang ada selama masa mafaat aktiva tetap. Jadi, apabila suatu aktiva ditaksir berumur 5 tahun, maka angka-angka tahun yang ada adalah 1,2,3,4 dan 5. pembilang untuk tahun pertama adalah angka terakhir (dalam contoh diatas 5), danseterusnya. Sebagai penyebut dalam pecahan adalah jumlah angka-angkat tahun yang ada. Jadi penyebut dalam contoh diatas adalah 1+2+3+4+5 = 15.
Biaya penyusutan untuk tahun pertama dihitung sbb:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x (Harga Perolehan Nilai Sisa)
5
____ X (Rp. 12.500.000-1.550.000)
15
= Rp. 3.650.000
Biaya penyusutan untuk tahun kedua adalah sbb:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x (Harga Perolehan Nilai Sisa)
4
__ X (Rp. 12.500.000-1.550.000)
15
= Rp. 2.920.000,-
Pencatatan biaya penyusutan untuk tiap-tiap tahun tidak berbeda dengan yang telah diterangkan di muka.
Apabila disusun dalam bentuk tabel, harga perolehan, biaya penyusutan per tahun, akumulasi penyusutan dan nilai buku kendaraanselama 5 tahun akan nampak seperti dilihat dibawah ini:
Dalam contoh di atas dianggap bahwa kendaraan dibeli pada tanggal 2 Januari 199A. Jadi, awal penyusutan dimulai = awal tahun buku perusahaan. Apabila awal penyusutan tidak sama dengan awal tahun buku perusahaan, maka biaya penyusutan untuk tahun kedua dan seterusnya harus dihitung atas dasar dua tarif penyusutan. Untuk menggambarkan hal ini anggaplah bahwa kendaraan dalam contoh diatas dibeli pada tgl 1 April 199A. Dalam contoh ini, tahun penyusutan tidak sama dengan tahun buku. Masa penyusutan tahunan dimulai pada tanggal 1 april 199A sedangkan tahun buku dimulai pada tanggal Januari 199A. Tarif penyusutan dalam metode jumlah angka tahun berhubung dengan masa penyusutan. Oleh karena itu, tarif untuk masa penyusutan pertama misalnya, berlaku dari tanggal 1 April 199A sampai dengan 31 Maret 199B. Pada 31 Desember 199A, masa penyusutan dengan tarif 5/15 berlaku 9 bulan, sehingga biaya penyusutan untuk tahun buku 199A dihitung sbb:
Biaya Penyusutan = 9/12 x 5/15 (12.500.000 - 1.550.000
= Rp. 2.737.500,-
Untuk tahun buku 199B, biaya penyusutan akan meliputi dua bagian masa penyusutan, yakni dari 1 Januari s/d 31 Maret 199B yang tercakup dalam masa penyusutan dengan tarif 5/15 danperiode 1 April s/d 31 Desember 199B yang tercakup dalam masa penyusutan dengan tarif 4/15. beban penyusutan untuk tahun buku 199B, dengan demikian dihitung sbb:
1. Masa penyusutan dengan tarif 5/15 = 3 5
____ x ___ x Rp.10.950.000 = Rp. 1 912.500
12 15
9 4
2 . Masa penyusutan dengan tarif 4/15 = ____ x ___ x Rp.10.950.000 = Rp. 2.190.000
12 1 Rp. 3.102.500
Demikianlah, maka biaya penyusutan untuk tahun-tahun buku selanjutnya akan dihitung berdasarkan dua masa penyusutan. Perlu dicatat, bahwa cara perhitungan demikian hanya berlaku untuk metode jumlah angka tahun saja. Dalam metode-metode yang lain, biaya penyusutan untuk jangka waktu kurang dari 1 tahun cukup dihitung dengan memperhatikan bagian jangka waktu penyusutan yang tercakup dalam waktu tahun yang bersangkutan baik di tahun pertama maupun tahun-tahun berikutnya.
Metode Unit Produksi
Dalam metode ini taksiran manfaat dinyatakan dalam produksi yang dapat dihasilkan. Kapasitas produksi itu sendiri dapat dinyatakan dalam bentuk unit produksi, jam pemakaian, kilometer pemakaian atau unit-unit kegiatan yang lain. Harga perolehan – nilai sisa merupakan dasar penyusutan. Tarif penyusutan dihitung sebagai prosentase produksi aktual terhadap kapasitas produksi. Biaya penyusutan untuk setiap periode dihitung dengan mengalikan tarif penyusutan ini dengan dasar penyusutan. Untuk menggambarkan metode penyusutan ini anggaplah bahwa pada tanggal 2 Januari 199A suatu mesin dibeli dengan harga Rp. 55.000.000,- . Selama masih dapat digunakan, mesin tersebut diperkirakan dapat menghasilkan 1.000.000 unit barang. Dalam tahun 199A diproduksi 245.000 unit. Biaya penyusutan untuk tahun 199A dihitung sbb:
Produksi Aktual
Tarif penyusutan =___________________________
Kapasitas Produksi
= 245.000
_________ X 100% = 24,5%
1.000.000
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa
= 24,5% (Rp 55.000.000 – Rp. 5.000.000)
= Rp. 12.250.000
Demikian, maka tarif dan beban penyusutan akan bervariasi dari tahun ke tahun, tergantung pada produksi aktual yang dicapai dalam tahun yang bersangkutan.
Penilaian dan Pelaporan
Aktiva tetap dinilai sebesar nilai bukunya, yaitu harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Tetapi apabila manfaat ekonomi dari suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar nilai bukunya, maka aktiva tersebut harus dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat ekonomi yang tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tersebut dicatat sebagai kerugian.
Dalam laporan keuangan, aktiva tetap dirinci menurut jenisnya seperti misalnya tanah, gedung, mesin-mesin, peralatan, kendaraan,dll. Akumulasi penyusutan disajikan sebagai pengurangan terhadap aktiva tetap, baik secara sendiri-sendiri menurut jenisnya atau secara keseluruhan. Apabila di neraca akumulasi penyusutan dikurangkan secara keseluruhan, ada baiknya dibuatkan rincian harga perolehan masing-masing jenis aktiva serta masing-masing penyusutannya. Metode penyusutan yang dianut oelh perusahaan, perlu dijelaskan dalam laporan keuangan. Contoh penyajian kelompok aktiva tetap di neraca apabila akumulasi penyusutan dikurangi secara keseluruhan adalah sbb
Aktiva Tetap:
Peralatan Kantor Rp. 30.000.000
Peralatan toko 50.000.000
Kendaraan 25.000.000
Gedung 105.000.000
Tanah 20.000.000
Rp. 230.000.000
Akumulasi penyusutan (52.500.000)
Total aktiva tetap, netto Rp. 177.500.000
Alternatif lain untuk penyajian aktiva tetap nampak seperti terlihat dibawah ini:
Aktiva Tetap:
Peralatan kantor Rp. 30.000.000
Akumulasi penyusutan
Peralatan kantor 12.000.000 Rp. 18.000.000
Peralatan toko Rp. 50.000.000
Akumulasi penyusutan
Peralatan toko 20.000.000 Rp. 30.000.000
Kendaraan Rp. 25.000.000
Akumulasi penyusutan
Kendaraan 10.000.000 Rp. 15.000.000
Gedung Rp.105.000.000
Akumulasi penyusutan
Gedung 10.500.000 Rp. 94.500.000
Tanah 20.000.000
Rp 177.500.000
Buku Aktiva Tetap
Perkiraan aktiva tetap di buku besar dibuatkan rinciannya dalam buku aktiva tetap (fixed assets subsidiary ledger). Buku tambahan ini merinci aktiva tetap di buku besar menurut jenisnya. Untuk setiap jenis aktiva tetap dibuatkan kartu tersendiri. Gambar 18-1 memperlihatkan salah satu contoh dari kartu aktiva tetap. Dari kartu-kartu aktiva tetap ini, pada saat-saat tertentu dapat dibuatkan daftar rincian aktiva tetap, seperti halnya daftar piutang dan daftar hutang.
0 komentar:
Posting Komentar